Ini bisa memainkan peran yang kuat dalam perlombaan untuk menemukan obatnya.
Ketika Anda mendengar kata oksitosin, Anda mungkin berpikir tentang cinta. Hal ini memiliki alasan yang bagus: Oksitosin adalah hormon utama yang memfasilitasi persalinan, dansemua manusia memproduksinyasaat mereka jatuh cinta. Namun bukan hanya itu saja yang bisa atau mungkin bisa dilakukannya. Faktanya, dalam penelitian pada hewan yang diterbitkan awal tahun ini, para peneliti menemukan bukti bahwa turunan oksitosin dapat bekerja sebagaipasien.
Studi yang dimaksuddilakukan oleh para peneliti di Tokyo University of Science di Jepang, yang melakukan serangkaian tes pada tikus. (Mengapa tikus? Seperti halnya tikus, tikus adalah model yang disukai untuk penelitian karenamereka sangat mirip secara genetik dan fisiologis dengan manusia. Selain itu, tidak etis jika melakukan tes tertentu pada manusia.)
Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian sebelum hasil ini dapat diterapkan pada manusia, ini merupakan langkah penting. Seperti yang ditunjukkan oleh penulis penelitian, penyakit Alzheimer adalah penyakitnyabentuk demensia yang paling umumdi seluruh dunia. Ada, dan perawatan yang tersedia hanya bersifat sementara.
Menyiapkan Ruang Belajar
Seperti kita ketahui, penyakit Alzheimer ditandai dengan adanya penumpukan timbunan plak di otak. Deposit plak adalahkumpulan fragmen protein yang tidak normaldikenal sebagai peptida beta-amiloid (β-amiloid). (Untuk lebih jelasnya: Peptida adalah amolekul yang mengandung antara dua dan 50 asam amino. Sebuah protein mengandung 50+ asam amino.)
Peptida β-amiloid berkumpul di antara sel-sel otak (disebut neuron), sehingga menyulitkan sel untuk berfungsi dengan baik dan berkomunikasi satu sama lain. Hal ini, menurut para ilmuwan, menyebabkan hilangnya ingatan secara progresif. Oleh karena itu, para peneliti Universitas Tokyo memiliki misi untuk menemukan cara membalikkan kehilangan memori yang disebabkan oleh penumpukan β-amiloid – dengan menguji tikus.
Namun, menemukan tempat yang efektif untuk menyuntikkan obat ke tikus lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Misalnya: Jika para peneliti memberi makan tikus dengan larutan oksitosin, hal itu mungkin tidak akan efektif. Oksitosin adalah peptida (rantai asam amino), dan peptida sulit melewati sawar darah-otak. (Itupenghalang darah-otak adalah jaringan pembuluh darahyang mencegah zat berbahaya dalam darah mencapai otak.)
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa oksitosin efektif ketika para ilmuwan menyuntikkannya langsung ke otak tikus. Namun,teknik ini invasif, dan tidak akan pernah dilakukan pada manusia. Maka, peneliti Universitas Tokyo memutuskan untuk memberikan turunan oksitosin melalui saluran hidung. Untuk mengetahui apakah pemberian melalui hidung sama efektifnya dengan pemberian melalui otak, mereka membagi tikus menjadi tiga kelompok – satu kelompok menerima “obat” melalui otak, satu kelompok menerimanya melalui hidung, dan satu kelompok tidak mendapat pengobatan.
Menguji Memori pada Tikus
Pertama, para peneliti Universitas Tokyo melakukan simulasi kehilangan memori pada tikus dengan menyuntikkan peptida β-amiloid ke otak mereka. Kemudian, mereka memberikan satu kelompok “obat” melalui otak, dan satu kelompok “obat” melalui hidung. Terakhir, para peneliti meminta semua tikus melakukan tes memori spasial.
Salah satu penilaian tersebut, yang dikenal sebagai labirin Y (karena labirin tersebut berbentuk seperti Y), menguji pembelajaran spasial dan memori tikus. Di sebagian besar labirin Y, mousemendapat hadiah karena memilih lengan yang benardari labirin. Jika mouse memiliki ingatan yang baik, ia akan mulai menyukai kelompok “hadiah”.
Tes lainnya dikenal sebagaiLabirin air Morris. Dalam tes ini, seekor tikus harus menavigasi arena renang terbuka untuk menemukan jalan keluar di bawah air. Jika mouse memiliki ingatan yang baik, ia akan mengingat di mana rute pelariannya pada percobaan berikutnya.
Hasil Studi
Setelah melakukan tes labirin Y dan labirin air Morris pada semua tikus, inilah yang ditemukan oleh peneliti Universitas Tokyo: Tikus yang menerima obat oksitosin melalui otak menunjukkan kinerja yang baik pada kedua tes tersebut. Tikus yang menerima obat melalui hidung memiliki kinerja yang baik pada tes Y-maze.
Meskipun pengobatan melalui hidung tidak memberikan hasil sebaik pengobatan otak, penting untuk mencobanya, karena persalinan melalui hidung jauh lebih praktis bagi manusia. Dengan demikian, turunan oksitosin suatu hari nanti bisa menjadi pengobatan bagi pasien Alzheimer pada manusia. Meskipun penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memahami manfaat oksitosin dan bagaimana pengaruhnya terhadap otak, penelitian ini dapat menjadi penelitian penting dalam perlombaan untuk menemukan obatnya.